Profil gadis Banjar sekitar tahun 1850 koleksi Museum Lambung Mangkurat |
Profil Bangsawan Banjar sekitar tahun 1850 koleksi Museum Lambung Mangkurat |
- Keraton awal disebut Kerajaan Kuripan
- Keraton I disebut Kerajaan Negara Dipa
- Keraton II disebut Kerajaan Negara Daha
- Keraton III disebut Kesultanan Banjar
- Keraton IV disebut Kerajaan Martapura/Kayu Tangi
- Keraton V disebut Pagustian
- Negara Agung
- Mancanegara
- Daerah Pesisir (daerah terluar)
- Sejak dipindahkan ibukota ke Daerah Martapura (Martapura, Riam Kanan, Riam Kiwa) maka kota Martapura sebagai Kota Raja merupakan wilayah/ring pertama dan pusat pemeritahan Sultan Banjar.
- Wilayah teritorial/ring kedua, Negara Agung terdiri dari :
- Tabunio, atau Tanah Laut, daerah laut, kebalikan arah dari "tanah darat". Diserahkan kepada VOC-Belanda pada 13 Agustus 1787.
- Maluka, daerah yang dikuasai Inggris pada 1815 – 1816 yaitu Maluka, Liang Anggang, Kurau dan Pulau Lamai.
- Daerah Banjar Lama dengan Pelabuhan Tatas (Banjarmasin). Tatas diserahkan kepada VOC-Belanda pada 13 Agustus 1787, selanjutnya Mantuil sampai Sungai Mesa diserahkan kepada Hindia Belanda pada 4 Mei 1826, sedangkan Kuin Utara (Banjarmasin Utara) sampai perbatasan daerah Margasari tetap sebagai wilayah kerajaan sampai 1860.
- Margasari. Wilayah kerajaan sampai 1860.
- Banua Ampat artinya banua nang empat yaitu Banua Padang, Banua Halat, Banua Parigi dan Banua Gadung. Wilayah kerajaan sampai 1860.
- Amandit. Wilayah kerajaan sampai 1860.
- Labuan Amas. Wilayah kerajaan sampai 1860.
- Alay. Wilayah kerajaan sampai 1860.
- Banua Lima artinya lalawangan nang lima yaitu Negara, Alabio, Sungai Banar, Amuntai dan Kalua. Wilayah kerajaan sampai 1860.
- Muarabahan (atau Pulau Bakumpai yaitu tebing barat sungai Barito dari muara hingga kuala Mengkatip). Diserahkan kepada Hindia Belanda pada 4 Mei 1826 bersama daerah Pulau Burung.
- Tanah Dusun yaitu daerah hulu sungai Barito. Pada 13 Agustus 1787 Tanah Dusun Atas diserahkan kepada VOC-Belanda tetapi daerah Mengkatip (Dusun Bawah) dan Tamiang Layang (Dusun Timur) dan sekitarnya tetap sebagai wilayah inti Kesultanan Banjar hingga dihapuskan oleh Belanda tahun 1860.
- Teritorial/ring ketiga, yaitu Mancanegara, dengan tambahan kedua wilayah ini teritorial kerajaan semakin meluas disebut Borneo Selatan terdiri dari :
- Wilayah Barat (Kalimantan Tengah): Biaju, Kahayan, Sebangau, Mendawai, Sampit, Pembuang, Kotawaringin dan Jelai dalam Hikayat Banjar semua daerah ini dibawah Kotawaringin. Diserahkan kepada VOC-Belanda pada 13 Agustus 1787, kemudian menjadi Afdeeling Tanah Dayak dan Afdeeling Sampit.
- Wilayah Timur : Tanah Pagatan (Tanah Kusan), Batulicin, Laut-Pulau, Pamukan dan Pasir; dalam Hikayat Banjar abad ke-17 semua daerah ini dibawah Pasir, yang kemudian muncul pecahannya Kerajaan Tanah Bumbu (serta Tanah Kusan). Diserahkan kepada VOC-Belanda pada 13 Agustus 1787. Pada akhir abad ke-19 Hindia Belanda menjadikannya Afdeeling Pasir en de Tanah Boemboe dengan 11 swapraja termasuk wilayah Kesultanan Pasir itu sendiri dan bekas kerajaan Tanah Bumbu (Kalimantan Tenggara) pada 1863 berkembang menjadi 10 swapraja : Sabamban, Koensan, Pegatan, Batoe Litjin, Poelau Laoet, Bangkalaan, Tjangtoeng, Sampanahan, Manoenggoel dan Tjingal, sebenarnya ada satu daerah lagi yang sudah dihapuskan yaitu Buntar-Laut.
- Teritorial/ring keempat, adalah Pesisir yaitu daerah terluar, maka dengan tambahan kedua wilayah ini teritorial kerajaan semakin bertambah luas lebih kurang sama dengan Provinsi Borneo pada masa kolonial Hindia Belanda. Perjanjian Sultan Tamjidullah I dengan VOC pada 20 Oktober 1756 untuk menaklukan kembali daerah yang melepaskan diri yaitu Sanggau, Sintang, Lawai, Pasir, Kutai dan Berau. Daerah Pesisir terdiri dari :
- Pesisir Timur disebut tanah yang di atas angin meliputi kawasan timur Kalimantan dan jika digabung dengan kawasan selatan Kalimantan menjadi Karesidenan Afdeeling Selatan dan Timur Borneo pada masa kolonial Hindia Belanda.
- Wilayah Tanah Kutai. Diserahkan kepada Hindia Belanda pada 13 Agustus 1787 dan 4 Mei 1826. Tahun 1844 Sultan Kutai mengakui kedaulatan Hindia Belanda.
- Wilayah Tanah Berau (sejak 1810-an terbagi menjadi Gunung Tabur dan Tanjung) serta daerah Berau yang melepaskan diri yaitu Bulungan dan Tidung. Diserahkan kepada Hindia Belanda pada 13 Agustus 1787 dan 4 Mei 1826.
- Wilayah terluar di timur yaitu Karasikan (Buranun/Kerajaan Sulu kuno). Karasikan artinya daerah yang berpasir (karasik = pasir).
- Pesisir Barat disebut tanah yang di bawah angin meliputi kawasan barat Kalimantan yang kemudian menjadi Karesidenan Borneo Barat pada masa kolonial Hindia Belanda.
- Wilayah Batang Lawai atau hulu sungai Kapuas (Tanah Sintang dan Lawai). Wilayah Batang Lawai mengirim upeti melalui anak-anak sungai Melawi dilanjutkan dengan jalan darat menuju sungai Katingan yang bermuara ke laut Jawa dilanjutkan perjalanan laut menuju sungai Barito di Banjarmasin. Kerajaan Sintang dan Lawai (Kabupaten Melawi) dan Jelai termasuk daerah yang diserahkan kepada Hindia Belanda pada 4 Mei 1826. Lawai sebelumnya sudah diserahkan kepada VOC-Belanda pada 13 Agustus 1787.
- Wilayah Tanah Sukadana (serta cabangnya Kerajaan Tayan, Kerajaan Meliau, Kerajaan Sanggau, Kerajaan Sekadau serta Kerajaan Mempawah). Kerajaan Sukadana/Tanjungpura diperintah oleh Dinasti Majapahit. Kesultanan Sukadana menjadi vazal sejak era Kerajaan Banjar-Hindu. Sejak pernikahan Raden Saradewa/Murong-Giri Mustafa alias Sułtan Muhammad Safi ad-Din dengan Putri Gilang/Dayang Gilang cucu Sultan Mustainbillah pada sekitar tahun 1638 maka sebagai hadiah perkawinan Sukadana/Matan dibebaskan dari membayar upeti. Pada tahun 1661 Sukadana/Matan di bawah pemerintahan Sultan Muhammad Zainuddin kembali mengirim upeti sebagai daerah perlindungan Kesultanan Banjar. Kemudian Sukadana dianggap sebagai vazal Kesultanan Banten setelah kalah dalam perang Sukadana-Landak pada tahun 1700 (dimana Landak dibantu Banten-VOC), kemudian Banten menyerahkan wilayah Sukadana dan Landak (vazal Banten) kepada VOC-Belanda pada 26 Maret 1778, kemudian digabungkan dalam Karesidenan Sambas.
- Wilayah terluar di barat adalah Tanah Sambas. Menurut Hikayat Banjar, sejak era pemerintahan kerajaan Banjar-Hindu, wilayah Sambas kuno menjadi taklukannya dan terakhir kalinya Dipati/Panembahan Sambas mengantar upeti dua biji intan yang besar yaitu si Misim dan si Giwang kepada Sultan Banjar IV Marhum Panembahan (1595-1642). Pada 1 Oktober 1609, negeri Sambas menjadi daerah protektorat VOC-Belanda. Intan Si Misim kemudian dipersembahkan kepada Sultan Agung, raja Mataram pada tahun 1641 yang merupakan pengiriman upeti yang terakhir kepada pemerintahan di Jawa (Kesultanan Mataram). Semula Kerajaan Sambas diperintah oleh Dinasti Majapahit yang bergelar Pangeran Adipati Sambas, selanjutnya mulai tahun 1675 Tanah Sambas diperintah oleh Dinasti Brunei dimana penguasanya mengambil gelar yang lebih tinggi Sultan maka dinamakan Kesultanan Sambas dan mulai tahun 1855 digabungkan ke dalam Hindia Belanda sebagai ibukota dari Karesidenan Sambas, yang membawahi kerajaan-kerajaan di Kalimantan Barat.
- Kerajaan Banjar tidak boleh mengadakan hubungan dengan lain kecuali hanya dengan Belanda.
- Wilayah Kerajaan Banjar menjadi lebih kecil, karena beberapa wilayah menjadi bagian dibawah pemerintahan langsung Hindia Belanda. Wilayah-wilayah itu seperti tersebut dalam Pasal 4 :
- Pulau Tatas dan Kuwin sampai di seberang kiri Antasan Kecil.
- Pulau Burung mulai Kuala Banjar seberang kanan sampai di Mantuil,
- Mantuil seberang Pulau Tatas sampai ke Timur pada Rantau Keliling dengan sungai-sungainya Kelayan Kecil, Kelayan Besar dan kampung di seberang Pulau Tatas.
- Sungai Mesa di hulu kampung Cina sampai ke darat Sungai Baru sampai Sungai Lumbah.
- Pulau Bakumpai mulai dari Kuala Banjar seberang kiri mudik sampai di Kuala Anjaman di kiri ke hilir sampai Kuala Lupak.
- Segala Tanah Dusun semuanya desa-desa kiri kanan mudik ke hulu mulai Mangkatip sampai terus negeri Siang dan hilir sampai di Kuala Marabahan.
- Tanah Dayak Besar-Kecil dengan semua desa-desanya kiri kanan mulai dari Kuala Dayak mudik ke hulu sampai terus di daratan yang takluk padanya.
- Tanah Mandawai.
- Sampit
- Pambuang semuanya desa-desa dengan segala tanah yang takluk padanya
- Tanah Kotawaringin, Sintang, Lawai, Jelai dengan desa-desanya.
- Desa Tabanio dan segala Tanah Laut sampai di Tanjung Selatan dan ke Timur sampai batas dengan Pagatan, ke utara sampai ke Kuala Maluku, mudik sungai Maluku, Selingsing, Liang Anggang, Banyu Irang sampai ke timur Gunung Pamaton sampai perbatasan dengan Tanah Pagatan.
- Negeri-negeri di pesisir timur: Pagatan, Pulau Laut, Batu Licin, Pasir, Kutai, Berau semuanya dengan yang takluk padanya.
- Penggantian Pangeran Mangkubumi harus mendapat persetujuan pemerintah Belanda.
- Belanda menolong Sultan terhadap musuh dari luar kerajaan, dan terhadap musuh dari dalam negeri.
- Beberapa daerah padang perburuan Sultan yang sudah menjadi tradisi, diserahkan pada Belanda. Semua padang perburuan itu dilarang bagi penduduk sekitarnya untuk berburu menjangan. Padang perburuan itu, meliputi :
- Padang pulau Lampi sampai ke Batang Banyu Maluka
- Padang Bajingah
- Padang Penggantihan
- Padang Munggu Basung
- Padang Taluk Batangang
- Padang Atirak
- Padang Pacakan
- Padang Simupuran
- Padang Ujung Karangan
- Belanda juga memperoleh pajak penjualan intan sepersepuluh dari harga intan dan sepersepuluhnya untuk Sultan. Kalau ditemukan intan yang lebih dari 4 karat harus dijual pada Sultan. Harga pembelian intan itu, sepersepuluhnya diserahkan pada Belanda.
- Raja : bergelar Sultan/Panambahan/Ratu/Susuhunan
- Putra Mahkota : bergelar Ratu Anum/Pangeran Ratu/Sultan Muda
- Perdana Menteri : disebut Perdana Mantri/Mangkubumi/Wazir, dibawah Mangkubumi : Mantri Panganan, Mantri Pangiwa, Mantri Bumi dan 40 orang Mantri Sikap, setiap Mantri Sikap memiliki 40 orang pengawal.
- Lalawangan : kepala distrik, kedudukannya sama seperti di masa Hindia Belanda.
- Sarawasa, Sarabumi dan Sarabraja : Kepala Urusan keraton
- Mandung dan Raksayuda : Kepala Balai Longsari dan Bangsal dan Benteng
- Mamagarsari : Pengapit raja duduk di Situluhur
- Parimala : Kepala urusan dagang dan pekan (pasar). Dibantu Singataka dan Singapati.
- Sarageni dan Saradipa : Kuasa dalam urusan senjata (tombak, ganjur), duhung, tameng, badik, parang, badil, meriam dll.
- Puspawana : Kuasa dalam urusan tanaman, hutan, perikanan, ternak, dan berburu
- Pamarakan dan Rasajiwa : Pengurus umum tentang keperluan pedalaman dan pedusunan
- Kadang Aji : Ketua Balai petani dan Perumahan. Nanang sebagai Pembantu
- Wargasari : Pengurus besar tentang persediaan bahan makanan dan lumbung padi, kesejahteraan
- Anggarmarta : Juru Bandar, Kepala urusan pelabuhan
- Astaprana : Juru tabuh-tabuhan, kesenian dan kesusasteraan.
- Kaum Mangkumbara : Kepala urusan upacara
- Wiramartas : Mantri Dagang, berkuasa mengadakan hubungan dagang dengan luar negeri, dengan persetujuan Sultan.
- Bujangga : Kepala urusan bangunan rumah, agama dan rumah ibadah
- Singabana : Kepala ketenteraman umum.
- Mangkubumi
- Mantri Pangiwa dan Mantri Panganan
- Mantri Jaksa
- Tuan Panghulu
- Tuan Khalifah
- Khatib
- Para Dipati
- Para Pryai
- Masalah-masalah agama Islam dibicarakan dalam rapat/musyawarah oleh Penghulu yang memimpin pembicaraan, dengan anggota terdiri dari : Mangkubumi, Dipati, Jaksa, Khalifah dan Penghulu.
- Masalah-masalah hukum sekuler dibicarakan oleh Jaksa yang memimpin pembicaraan dengan anggota terdiri dari Raja, Mangkubumi, Dipati dan Jaksa.
- Masalah tata urusan kerajaan merupakan pembicaraan antara raja, Mangkubumi dan Dipati.
- Dalam hierarki struktur negara, dibawah Mangkubumi adalah Panghulu, kemudian Jaksa. Urutan dalam suatu sidang negara adalah Raja, Mangkubumi, Panghulu, kemudian Jaksa. Urutan kalau Raja berjalan, diikuti Mangkubumi, kemudian Panghulu dan selanjutnya Jaksa. Kewenangan Panghulu lebih tinggi dari Jaksa, karena Panghulu mengurusi masalah keagamaan, sedangkan Jaksa mengurusi masalah keduniaan.
- Para Dipati, terdiri dari para saudara raja, menemani dan membantu raja, tetapi mereka adalah kedua setelah Mangkubumi.
- Mufti : hakim tertinggi, pengawas Pengadilan umum
- Qadi : kepala urusan hukum agama Islam
- Penghulu : hakim rendah
- Lurah : langsung sebagai pembantu Lalawangan (Kepala Distrik) dan mengamati pekerjaan beberapa orang Pambakal (Kepala Kampung) dibantu oleh Khalifah, Bilal dan Kaum.
- Pambakal : Kepala Kampung yang menguasai beberapa anak kampung.
- Mantri : pangkat kehormatan untuk orang-orang terkemuka dan berjasa, diantaranya ada yang menjadi kepala desa dalam wilayah yang sama dengan Lalawangan.
- Tatuha Kampung : orang yang terkemuka di kampung.
- Panakawan : orang yang menjadi suruhan raja, dibebas dari segala macam pajak dan kewajiban.
- Sebutan Kehormatan
- Sultan, disebut : Yang Maha Mulia Paduka Seri Sultan
- Gubernur Jenderal VOC : Tuan Yang Maha Bangsawan Gubernur Jenderal.
- Permaisuri disebut Ratu.
- Putra raja bergelar Raden/Raden Aria - Raden yang senior mendapat gelar Pangeran dan jika menjabat Dipati mendapat gelar berganda menjadi Pangeran Dipati.
- Putri Raja bergelar Gusti (= Raden Galuh pada jaman Hindu) - Gusti yang senior mendapat gelar Putri/Ratu. Belakangan Gusti juga dipakai untuk mengganti gelar Raden.
- Seorang Syarif (bangsawan Arab) yang menikah dengan puteri Sultan akan mendapat gelar Pangeran Syarif, sedangkan puteri Sultan tersebut menjadi isteri permaisuri disebut Ratu Serip (Ratu Syarif)......
No.
|
Masa
|
Sultan
|
K
e t e r a n g a n
|
|
1
|
* Nama kecilnya Raden Samudra,
Raja Banjar pertama sebagai perampas kekuasaan yang memindahkan pusat
pemerintahan di Kampung Banjarmasih
(Kuin)
menggantikan Maharaja Tumenggung (Raden Panjang), menurutnya dia ahli waris
yang sah sesuai wasiat kakeknya Maharaja
Sukarama (Raden Paksa) dari Kerajaan Negara Daha. Dibantu mangkubumi
Aria Taranggana.[6]
Baginda memeluk Islam pada 24 September
1526.
Makamnya di Komplek
Makam Sultan Suriansyah dengan
gelar anumerta Sunan Batu Habang. Dalam agama lama, beliau dianggap
hidup membegawan di alam gaib sebagai sangiang
digelari Perbata Batu Habang.
|
|||
2
|
Sultan
Rahmatullah bin Sultan Suriansyah
|
* Pemerintahannya dibantu
mangkubumi Aria
Taranggana. [6]Makamnya
di Komplek
Makam Sultan Suriansyah dengan
gelar anumerta Panembahan Batu Putih.
|
||
3
|
* Pemerintahannya dibantu
mangkubumi Kiai
Anggadipa.[6]
Makamnya di Komplek
Makam Sultan Suriansyah dengan
gelar anumerta Panembahan Batu Irang. Trah keturunannya menjadi Raja-raja
Taliwang dan Sultan-sultan
Sumbawa.
|
|||
4
|
* Nama kecilnya Raden Senapati,
diduga ia perampas kekuasaan, sebab ia bukanlah anak dari permaisuri meskipun
ia anak tertua. Pemerintahannya dibantu mangkubumi Kiai Jayanagara,
dilanjutkan sepupunya Kiai Tumenggung Raksanagara. Gelar lain : Gusti Kacil/Pangeran
Senapati/Panembahan Marhum/Raja Maruhum dan gelar yang dimasyhurkan Marhum
Panembahan. Beliau memindahkan ibukota ke Martapura.[6]
Oleh Suku Dayak yang menghayati Kaharingan
baginda dianggap hidup sebagai sangiang
di Lewu Tambak Raja dikenal sebagai Raja Helu Maruhum Usang. Keturunannya
menjadi Raja-raja Banjar dan Kotawaringin.
|
|||
5
|
Sultan
Inayatullah bin Mustainbillah
|
* Pemerintahannya dibantu adiknya Pangeran
di Darat sebagai mangkubumi. Gelar
lain : Ratu Agung/Ratu Lama dimakamkan di Kampung Keraton, Martapura. Adiknya, Pangeran Dipati Anta-Kasuma diangkat menjadi
raja muda di wilayah sebelah barat yang disebut Kerajaan Kotawaringin
|
||
6
|
* Nama kecilnya Raden Kasuma Alam.
Pemerintahannya dibantu mangkubumi pamannya Panembahan
di Darat, dilanjutkan pamannya Pangeran
Dipati Anta-Kasuma, terakhir dilanjutkan paman tirinya Pangeran Dipati
Mangkubumi (Raden Halit).[6]
Gelar lain : Wahidullah/Ratu Anum/Ratu
Anumdullah. Keturunannya menjadi Raja-raja Banjar dan Tanah Bumbu.
|
|||
7
|
* Nama kecilnya Raden Halit. Ia
sebagai temporary king/badal menjadi pelaksana tugas bagi Raden Bagus, Putra
Mahkota yang belum dewasa. Sebagai Penjabat Sultan dengan gelar resmi dalam
khutbah Sultan Rakyatullah (Rakyat Allah). Pemerintahannya dibantu mangkubumi
keponakan tirinya Pangeran
Mas Dipati bin Pangeran Dipati Antasari.
Gelar lain : Pangeran Dipati Tapasena/Pangeran Mangkubumi/Panembahan Sepuh/Tahalidullah/Dipati Halit. Pada tahun 1663 ia dipaksa menyerahkan tahta kepada kemenakannya Pangeran
Dipati Anom II/Sultan Agung yang berpura-pura akan menyerahkan tahta kepada
Putra Mahkota Raden Bagus tetapi ternyata untuk dirinya sendiri yang hendak
menjadi Sultan.[6]
|
|||
8
|
Sultan
Amrullah Bagus Kasuma bin
Sultan Saidullah
|
* Nama kecilnya Raden Bagus. Masa
pemerintahannya sering ditulis tahun 1660-1700. Pada tahun 1660-1663 ia
diwakilkan oleh Sultan Rakyatullah dalam menjalankan pemerintahan karena ia
belum dewasa. Pada tahun 1663 paman tirinya Pangeran Dipati Anom II/Sultan
Agung merampas tahta dari Sultan Rakyatullah, yang semestinya dirinyalah
sebagai ahli waris yang sah sebagai Sultan Banjar berikutnya. [6]
Sementara itu ia telah dilantik oleh Pangeran Tapasena/Sultan Rakyatullah dengan
gelar Sultan Amrullah Bagus Kasuma. Tahun 1663-1679 ia sebagai raja
pelarian yang memerintah dari pedalaman (Alay)
|
|
|
9
|
Sultan
Agung/Pangeran Suryanata II bin Sultan
Inayatullah
|
* Nama kecilnya Raden Kasuma
Lalana. Mengkudeta/mengambil hak kemenakannya Raden Bagus sebagai Sultan
Banjar. Ia dengan bantuan suku Biaju,
memindahkan pusat pemerintahan ke Sungai Pangeran (Banjarmasin). Pemerintahannya dibantu mangkubumi
sepupunya Pangeran Aria Wiraraja,
putera Pangeran Ratu. Sebagai raja muda ditunjuk adik kandungnya, Pangeran
Purbanagara. Ia berbagi kekuasaan dengan paman tirinya Pangeran Ratu (Sultan
Rakyatullah) yang kembali memegang pemerintahan Martapura sampai mangkatnya
pada 1666. Gelar
lain : Pangeran Dipati Anom II.[6]
|
||
10
|
Sultan Amrullah Bagus Kasuma bin Sultan Saidullah
|
* Sempat lari ke daerah Alay
(1663-1679) kemudian menyusun kekuatan dan berhasil membinasakan pamannya
tirinya Sultan Agung/Ratu Lamak beserta anaknya Pangeran Dipati/Ratu Agung
(Raja negeri Nagara), kemudian naik tahta kedua kalinya. Saudara tirinya
Pangeran Dipati Tuha (Raden Basus) diangkat sebagai Raja Tanah Bumbu
dengan wilayah dari Tanjung
Aru sampai Tanjung
Silat.
|
||
11
|
Sultan Tahmidullah I/Sultan Surya Alam bin Sultan Tahlilullah/Sultan Amrullah
|
|||
12
|
Panembahan Kasuma Dilaga bin
Sultan Amrullah
|
* Sebagai wali Sultan
|
||
13
|
Sultan Hamidullah/Sultan
Ilhamidullah/Sultan Kuning bin Sultan Tahmidullah I
|
* Gelar lain : Sultan Kuning.
atau Pangeran Bata Kuning.[9]
Panglima perang dari La Madukelleng menyerang Banjarmasin pada tahun 1733
|
||
14
|
* Gelar lain: Sultan
Sepuh/Panembahan Badarulalam.[9]
Bertindak sebagai wali Putra Mahkota Pangeran Muhammad Aliuddin Aminullah
yang bergelar Ratu Anom yang belum dewasa. Tamjidullah I yang bergelar Sultan
Sepuh ini berusaha Sultan Banjar tetap dipegang pada dinasti garis
keturunannya. Adiknya Pangeran Nullah dilantik sebagai mangkubumi.
Tamjidullah I mangkat 1767.
|
|||
15
|
* Menggantikan mertuanya Sultan
Sepuh/Tamjidullah I sebagai Sultan Banjar. Setelah itu Sultan Sepuh tidak
lagi memakai gelar Sultan tetapi hanya sebagai Panembahan.
Sebagai mangkubumi adalah Pangeran Nata dengan gelar Ratu
Dipati, putera Sultan Sepuh. Gelar
lain : Sultan Muhammadillah/Sultan Aminullah/Muhammad Iya'uddin
Aminullah/Muhammad Iya'uddin Amir ulatie ketika mangkat anak-anaknya masih
belum dewasa, tahta kerajaan kembali dibawah kekuasaan Tamjidillah I tetapi
dijalankan oleh anaknya Pangeran Nata Dilaga sebagai wali Putra Mahkota.
|
|||
16
|
Sultan Tahmidullah II/Sultan Nata bin Sultan Tamjidullah I
|
* Semula sebagai wali Putra Mahkota
dengan gelar Panembahan Kaharuddin Halilullah.
Pemerintahan dibantu oleh puteranya sendiri sebagai mangkubumi yaitu Ratu
Anom Ismail. Gelar lain : Sunan Nata Alam (1772)/Pangeran Nata
Dilaga/Pangeran Wira Nata/Pangeran Nata Negara/Akamuddin Saidullah(1762)/Amirul Mu'minin Abdullah(1762)/Sunan Sulaiman Saidullah
I(1787)/Panembahan Batu (1797)/Panembahan Anom. Mendapat bantuan VOC untuk menangkap
Pangeran Amir bin Sultan Muhammad Aliuddin Aminullah yang menuntut tahta
dengan bantuan suku Bugis-Paser yang gagal, kemudian Pangeran Amir menjalin hubungan
dengan suku Bakumpai dan akhirnya ditangkap Kompeni Belanda 14 Mei 1787, kemudian diasingkan ke Srilangka.
Sebagai balas jasa kepada VOC maka dibuat perjanjian 13 Agustus
1787 yang
menyebabkan Kesultanan Banjar menjadi vazal VOC atau daerah protektorat,
bahkan pengangkatan Sultan Muda dan mangkubumi harus dengan persetujuan VOC.
Sultan Tahmidullah II mempunyai saudara perempuan bernama Ratu Laiya yang menikah
dengan Sultan Muhammad dari Sumbawa. [10]
|
||
17
|
Sultan Sulaiman al-Mutamidullah/Sultan Sulaiman Saidullah II bin Tahmidullah II
|
* Mendapat gelar Sultan Muda
atau Pangeran Ratu Sultan Sulaiman sejak tahun 1767 ketika berusia 6 tahun. Dibantu oleh Pangeran Mangku
Dilaga dengan gelar Ratu Anom Mangku Dilaga sebagai mangkubumi (dihukum bunuh
karena merencanakan kudeta), dilanjutkan puteranya sendiri Pangeran Husin
dengan gelar Pangeran Mangku Bumi Nata. Sultan Sulaiman digantikan anaknya
Sultan Adam. Keturunannya menjadi Sultan Banjar dan raja-raja Kusan, Batulicin dan Pulau Laut. Hindia Belanda jatuh ke tangan Inggris, tetapi Inggris
melepaskan kekuasaannya di Banjarmasin. Kemudian Hindia Belanda datang
kembali ke Banjarmasin untuk menegaskan kekuasaannya.
|
||
18
|
Sultan Adam Al-Watsiq Billah bin Sultan Sulaiman al-Mutamidullah
|
* Baginda mendapat gelar Sultan Muda
sejak tahun 1782.
Pemerintahannya dibantu adiknya Pangeran Noh dengan gelar Ratu Anum Mangku
Bumi Kencana sebagai mangkubumi yang dilantik Belanda pada 7 September
1851[11],
dan Pangeran Abdur Rahman sebagai Sultan Muda. Ketika mangkatnya terjadi
krisis suksesi dengan tiga kandidat penggantinya yaitu Pangeran Prabu Anom,
Pangeran Tamjidullah II dan Pangeran Hidayatullah II, Belanda sebelumnya
sudah mengangkat Tamjidullah II sebagai Sultan Muda
sejak 8 Agustus 1852 juga merangkap jabatan mangkubumi dan kemudian
menetapkannya sebagai sultan Banjar, sehari kemudian Tamjidullah II
menandatangani surat pengasingan kandidat sultan lainnya pamannya sendiri
Pangeran Prabu Anom yang diasingkan ke Bandung pada 23 Februari
1858.
Sebelumnya Sultan Adam sudah mengutus surat ke Batavia agar pengangkatan
Tamjidullah II dibatalkan. Sultan Adam sempat membuat surat wasiat yang
menunjuk cucunya Hidayatullah II sebagai Sultan Banjar penggantinya, inilah yang menjadi
dasar perlawanan segenap bangsawan terhadap Hindia Belanda
|
||
19
|
Sultan
Tamjidullah II al-Watsiqu Billah bin Pangeran
Ratu Sultan Muda Abdur Rahman bin Sultan Adam
|
*Sejak 1851 ia dilantik Belanda
sebagai mangkubumi menggantikan Ratu Anom Mangku Bumi Kencana yang meninggal
dunia, kemudian menjadi Sultan Muda. Pada 3 November
1857
Tamjidullah II diangkat Belanda menjadi Sultan Banjar, padahal ia anak selir
meskipun ia sebagai anak tertua dan kemudian Belanda mengangkat Hidayatullah
II sebagai mangkubumi. Ia memiliki tanah lungguh di Kota Banjarmasin karena
itu sebagian rakyat dan ulama Banjarmasin mendukungnya. Pengangkatan
Tamjidullah II ditentang segenap bangsawan karena menurut wasiat semestinya
Hidayatullah II sebagai Sultan karena ia anak permaisuri. Pada 25 Juni
1859, Hindia
Belanda memakzulkan Tamjidullah II sebagai Sultan Banjar kemudian mengirimnya
ke Bogor.
Sementara Sultan Muda menghindari penangkapan Belanda melarikan diri ke pulau
Sumatera.
|
||
20
|
Sultan
Hidayatullah Khalilullah bin
Pangeran Ratu Sultan Muda Abdur Rahman bin Sultan Adam
|
* Nama kecilnya adalah Gusti
Andarun, kemudian sebagai mangkubumi ia memakai gelar Pangeran Hidayatullah.
Sesuai wasiat Sultan Adam ia sebagai Sultan Banjar penggantinya. Pada 9
Oktober 1856 ia dilantik Belanda sebagai mangkubumi tetapi diam-diam ia menjadi
oposisi Tamjidullah II, misalnya dengan mengangkat Adipati Anom Dinding Raja
(Jalil) sebagai tandingan Raden Adipati Danu Raja yang berada di pihak
Belanda/Sultan Tamjidullah II. Pangeran Hidayatullah II memiliki tanah
lungguh di Kabupaten Tapin dan pedalaman Kabupaten Banjar. Perjuangan Sultan
Hidayatullah II dibantu oleh tangan kanannya Demang Lehman
yang memegang pusaka kerajaan Keris Singkir dan Tombak Kalibelah. [12]
Ketika berada di Banua Lima pada bulan September 1859, ia dilantik oleh rakyat Banua
Lima sebagai Sultan Banjar, dan Pangeran Wira Kasuma sebagai mangkubumi.
Pelantikan ini umumnya disetujui pula oleh rakyat yang berada di luar Banua
Lima. Pada tanggal 11 Juni 1860, Residen I.N.
Nieuwen Huyzen mengumumkan penghapusan
Kesultanan Banjar digantikan pemerintahan seorang regent untuk wilayah
Martapura yaitu Pangeran Jaya Pamenang dan regent untuk Banua Lima yaitu
Raden Adipati Danu Raja. Sultan Hidayatullah II pada 2 Maret
1862 dibawa
dari Martapura dan diasingkan ke Cianjur
|
||
21
|
* Pada 14 Maret
1862, yaitu
setelah 11 hari Pangeran Hidayatullah II diasingkan ke Cianjur
diproklamasikanlah pengangkatan Pangeran Antasari sebagai pimpinan tertinggi
dalam kerajaan Banjar dengan gelar Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin.
Khalifah ini dibantu Tumenggung Surapati sebagai panglima perang. Pusat perjuangan di Menawing,
pedalaman Barito, Murung Raya,
Kalteng. Dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional, wafat 11 Oktober
1862 di
kampung Sampirang, Bayan
Begak, Puruk Cahu,
karena penyakit cacar. Dimakamkan kembali 11 November
1958 di Komplek
Makam Pangeran Antasari,
Banjarmasin.
|
|||
22
|
* Sebagai kepala Pemerintahan Pagustian
meneruskan perjuangan ayahnya, Pangeran Antasari
melawan kolonial Belanda dengan dibantu kakaknya Panembahan Muda/Gusti
Muhammad Said sebagai mangkubumi dan Panglima Batur
sebagai panglima perang. Ia melantik menantunya Pangeran
Perbatasari bin Panembahan Muhammad Said
sebagai Sultan Muda. Pangeran Perbatasari tertangkap dan dibuang ke Kampung
Jawa Tondano. Sultan Muhammad Seman sempat mengirim Panglima
Bukhari ke Kandangan
untuk mengadakan perlawanan terhadap Belanda. Muhammad Seman gugur pada 24 Januari
1905
ditembak Belanda yang mengakhiri Perang
Banjar dan banyak para pahlawan pejuang
yang tertangkap, Pangeran Aminullah dibuang ke Surabaya, Ratu Zaleha
diasingkan ke Bogor, keturunan Tumenggung Surapati yang tertangkap diasingkan
ke Bengkulu, dan sebagai penerus Sultan Muhammad Seman adalah Gusti Berakit.
Negeri Banjar menjadi sepenuhnya di bawah pemerintahan Residen Belanda
dilanjutkan Gubernur Haga, Pimpinan
Pemerintahan Civil, Pangeran
Musa Ardi Kesuma (Ridzie Zaman Jepang), Pangeran
Muhammad Noor (Gubernur Kalimantan I), sekarang
menjadi Provinsi
Kalimantan Selatan.
|
|||
23
|
Pangeran
Khairul Saleh, trah Sultan Sulaiman
|
*Pada 24 Juli 2010
Gusti Khairul Saleh (Bupati Kabupaten Banjar) dilantik sebagai Pangeran dan
dinobatkan sebagai Raja Muda Banjar
oleh Lembaga
Adat dan Kekerabatan Kesultanan Banjar.
Raja Muda (Ratu Anom), gelar untuk Mangkubumi Banjar, yang sejajar dengan
gelar raja daerah Kotawaringin, tetapi satu level di bawah gelar Sultan Muda
Banjar. Gusti Khairul Saleh keturunan Pangeran Singasari bin Sultan Sulaiman
|
I wanted to thank you for this great blog! I really enjoying every little bit of it and I have you bookmarked tm.scr888 casino download free to check out new stuff you post.
BalasHapusYou made some good quality tm.918kiss download pc points there. I did a search on the topic and found many people will agree with your blog.
BalasHapusThere is a lot of info on this blog very helpful
Scr888 is your one-stop portal for online gambling in Asia.
BalasHapusBetting is great fun and we’ve developed in-depth guides and resources Scr888 for online gamblers from Asia.
We provide access to top-rated casinos https://918kissapk.webnode.com/ and sports bookies. You’ll also find the best online slots, poker rooms and esports betting sites. https://918kissapk.webnode.com/l/this-is-a-blog-post-with-images/
Thanks 918kiss malaysia for the 918kiss hack post. Im 918kiss test id a big fan of the blog, i've even put a little bookmark 918kiss android right on 918kiss apk ios the tool bar of my Firefox you'll be happy to find out!
BalasHapus